Jurnalsembilan.com Jakarta, Sebagai bagian dari bangsa yang relijius, maka tim pra produksi film “Margono 46” melakukan kegiatan doa dan ziarah ke makam pahlawan yang menjadi tokoh sentral dalam film tersebut, yaitu: Bapak Margono Djojohadikoesoemo.
Rombongan datang pada saat sore hari menjelang maghrib, sehingga suasananya sangat tenang dan temaram, menambah kekhusyukan dalam berdoa. Aris Notonogoro, sebagai penulis skenario film “Margono 46”, menyampaikan bahwa pemakaman Dawuhan sering disebut sebagai “Imogiri-nya Banyumas”, karena di tempat itu dimakamkan banyak tokoh-tokoh Banyumas, selain Pak Margono, juga bupati pertama Banyumas, yaitu: Raden Joko Kaiman, yang dikenal sebagai Adipati Mrapat, karena membagi daerah kekuasaan menjadi empat (mrapat), yaitu: Banyumas, Banjar Petambakan, Merden, dan Wirasaba. Setiap tahun, perwakilan pemda kabupaten Banyumas, melakukan ziarah ke makam Raden Joko Kaiman di Dawuhan, sebagai bentuk napak tilas sejarah. Perwakilan Bank BN| 46 melakukan hal yang sama di tempat ini, karena Margono Dịojohadikoesoemo adalah pendiri dan dirut pertama bank BNI 46.
Presiden Prabowo dan keluarga juga sering berziarah ke makam ini, karena Margono adalah kakeknya dari jalur ayah. Sehingga, bisa dikatakan bahwa Prabowo adalah presiden Indonesia pertama yang berdarah Banyumas. Aris menambahkan, apabila dilihat dari silsilah keluarga, maka presiden Prabowo juga ada trah dari keraton Kasunanan Surakarta, karena kakeknya Margono, memiliki garis ayah dengan raja Paku Buwono lll melalui Raden Tumenggung Kertanegara IV, yang juga dikenal dengan nama Banyak Wide.
Dari garis ibu, presiden Prabowo juga punya garis silsilah dengan keraton Kasultanan Yogyakarta, karena Raden Ayu Kertoatmodjo merupakan buyut dari Sultan Hamengku Buwono Il, yang menikah dengan putranya Banyak Wide. Berziarah ke pemakaman Dawuhan, membuat kita jadi tahu bahwa presiden Prabowo lahir dari trah keluarga dengan sejarah kepahlawanan yang panjang. Sejarah menuliskan bahwa kakek wareng (orang tua dari kakeknya kakek) dari presiden Prabowo, adalah Banyak Wide, yang merupakan salah satu komandan pasukan Pangeran Diponegoro di Perang Jawa dari tahun 1825 sampai dengan 1830 Masehi. Banyak Wide kemudian diasingkan oleh penjajah Belanda ke Ternate di Maluku.
Di kemudian hari, lahirlah cucu buyutnya yang bernama Margono Djojohadikoesoemo, yang menjadi pahlawan kemerdekaan Indonesia, berkat perjuangannnya sebagai anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), ketua DPA Rl yang pertama, dan pendirian Bank BNI 46. Menurut Aris, penulisan skenario flm “Marqono 46”adalah bentuk edukasi kepada rakyat bahwa kemerdekaan Indonesia tidak semata diraih dari perjuangan politik dan fisik, tetapi juga perjuangan ekonomi.
Karena, bagaimanapun juga, perjuangan politik dan fisik itu perlu dukungan ekonomi. Belum lagi, salah satu upaya penjajah Belanda untuk menghancurkan negara Republik Indonesia yang baru lahir, adalah melalui perang ekonomi, yaitu dengan mencetak Gulden Hindia Belanda sebanyak- banyaknya melalui De Javasche Bank, dengan tujuan membuat inflasi Indonesia melonjak naik. Untuk menandingi hal itu, maka Margono berjuang mendirikan BNI (Bank Negara Indonesia), sebagai bank sentral yang mencetak ORI (Oeang Republik Indonesia), sehingga Indonesia bisa meraih kemerdekaan ekonomi.