Jakarta | Jurnalsembilan.com – Dalam upaya memperkuat ketahanan nasional melalui partisipasi aktif masyarakat sipil, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DKI Jakarta menyelenggarakan kegiatan Pemantapan Kesadaran Bela Negara Angkatan ke-2 dengan format dialog interaktif. Acara yang berlangsung di Mangga Dua Hotel & Residence pada tanggal 26 Juni 2025, ini dibuka secara resmi oleh Bapak Pepen Kuswandi selaku perwakilan Kesbangpol DKI Jakarta.
Dengan mengambil tema sentral “Proxy War, Hoax dan Disinformasi: Ancaman Pemecah Belah Persatuan di Abad 21”, kegiatan ini dimulai pukul 08.30 WIB dan dihadiri berbagai unsur masyarakat, mulai dari akademisi, praktisi media, organisasi kemasyarakatan hingga komunitas kader bela negara.
—
Tiga Narasumber Ungkap Strategi Bela Negara Era Digital
Acara menghadirkan narasumber-narasumber kredibel dari lintas disiplin, antara lain:
1. M. Asyik Noor Hilmany, pakar keamanan siber dan isu proxy war;
2. Bahrain Suryakara, akademisi di bidang pertahanan negara;
3. Ni Putu Nyari Artha, praktisi media dan literasi digital.
Dalam paparannya, para narasumber membahas beragam bentuk ancaman kontemporer yang kini dihadapi bangsa Indonesia, seperti:
Proxy war melalui infiltrasi informasi palsu dan kampanye disinformasi yang didesain untuk memecah belah masyarakat,
Hoax dan ujaran kebencian yang menyasar kerentanan sosial dan SARA,
Strategi bela negara non-militer berbasis partisipasi aktif masyarakat dan literasi digital sebagai garda pertahanan awal.
—
Partisipasi Organisasi Bela Negara: Kolaborasi Membangun Ketahanan Sosial
Acara ini juga diramaikan oleh kehadiran organisasi-organisasi bela negara dari berbagai kalangan, termasuk:
Forum Kader Bela Negara (FKBN) DKI Jakarta
Korps Satuan Mahasiswa Bela Negara Universitas Esa Unggul
Garda Bela Negara Nasional (GBNN)
Forum Komunikasi Bela Negara (Forkom BN)
Persatuan Putra Putri Angkatan Darat (PPP AD)
Kehadiran mereka mempertegas pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil dalam menjaga keutuhan NKRI melalui pendekatan soft power.
—
FKBN DKI Jakarta Tegaskan Komitmen Tangkal Hoax di Tingkat Akar Rumput
Dalam kesempatan tersebut, Forum Kader Bela Negara (FKBN) DKI Jakarta mendapat kepercayaan sebagai pengawal materi dan penyaji perspektif kader dalam menghadapi tantangan era digital.
Bung Drs. Muhammad Bardansyah, Ch. Cht, sebagai perwakilan FKBN, menekankan beberapa hal penting dalam materinya, yaitu:
1. Dampak Proxy War – bagaimana disinformasi digunakan sebagai alat perang non-fisik untuk memecah persatuan bangsa;
2. Bahaya Hoax – potensi konflik akibat penyebaran informasi palsu, terutama di daerah terpencil yang rentan dengan keterbatasan akses informasi;
3. Peran Kader Bela Negara – pentingnya edukasi literasi digital, verifikasi informasi, dan pembangunan early warning system berbasis komunitas.
FKBN juga memaparkan metode interaktif untuk mendorong masyarakat melakukan deteksi dini dan tangkal narasi provokatif, hingga ke tingkat desa.
—
Simulasi, Diskusi, dan Aksi Nyata
Acara tak hanya menghadirkan diskusi panel, tetapi juga simulasi identifikasi hoax dan brainstorming solusi edukatif sebagai bagian dari praktik langsung bela negara non-militer. Peserta terlibat aktif dalam mengenali pola hoax dan membentuk strategi komunikasi publik yang efektif dan beretika.
—
Pernyataan Komitmen: Bela Negara Adalah Kewajiban Kolektif
Ketua FKBN DKI Jakarta, Mourits Kussoy, dalam keterangannya menyampaikan:
> “Bela negara di era digital bukan lagi semata-mata tugas TNI atau Polri, tetapi sudah menjadi kewajiban semua elemen bangsa untuk menjadi filter informasi. Kita harus kampanyekan #BijakBerdigital sebagai bentuk nyata bela negara.”
Ia juga menegaskan bahwa FKBN akan terus berada di garda terdepan dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui literasi digital dan pembentukan jejaring kader di berbagai wilayah DKI Jakarta.
—
Penutup: Edukasi sebagai Benteng Terdepan
Melalui kegiatan ini, Kesbangpol DKI Jakarta menunjukkan komitmennya dalam merespons dinamika ancaman kontemporer dengan pendekatan edukatif dan partisipatif. Di tengah era disrupsi informasi, bela negara tidak lagi terbatas pada ranah militer, namun juga menjadi tugas kolektif seluruh elemen bangsa dalam menjaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.
(Red/JP)