Jakarta | Dr. Dewi Nirmala Sari, M.Biomed; Gita Nirmala Sari, M.Keb, Ph.D.Med.Sc.; Dr. Yudhia Fratidhina, SKM. M.Kes; Sri Mulyati, SPd, M.kes; dr. Robin Andriyanto; Dr. Minarto, MPS (Tim
Kajian Kebijakan Strategis Poltekkes Kemenkes Jakarta III)
Sejak tahun 2012, WHO telah mengesahkan rencana implementasi komprehensif mengenai gizi ibu, bayi, dan anak dengan menetapkan enam target gizi global tahun 2025. Dua di antaranya adalah mengurangi 40% jumlah anak di bawah lima tahun (balita) yang mengalami
stunting dan 50% anemia pada wanita usia subur.(7/6).
Lalu, apa kabar Indonesia?
Di Indonesia, anemia dan stunting merupakan dua masalah gizi kesehatan masyarakat yang
menjadi tantangan dan perlu mendapat perhatian signifikan.Ujar Dewi.
Hampir satu dari dua ibu hamil mengalami anemia (prevalensi 48,9%), sedangkan prevalensi stunting sebesar 21,6%. Para ahli memprediksi ibu hamil yang mengalami anemia dan tidak tertangani maka akan memberikan potensi terjadinya stunting bagi anak di masa depan sehingga harus diantisipasi dan ditata laksana.
Umumnya, anemia pada ibu hamil disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi, terutama zat
besi. Faktor lainnya seperti kurang asam folat dan vitamin B12, menderita penyakit misal:
diabetes dan penyakit infeksi (seperti malaria dan tuberkulosis), hamil kembar, dan hamil saat
remaja.
Di Indonesia, faktor kemiskinan merupakan faktor di luar kesehatan yang mempertinggi risiko
anemia kehamilan. Ibu hamil yang hidup dalam penghasilan keluarga rendah memiliki
keterbatasan dalam daya beli pangan bergizi dan keterbatasan akses terhadap pemeriksaan
kehamilan. Kondisi rumah dengan sanitasi yang tidak memadai dan akses air bersih terbatas
menyebabkan ibu hamil berisiko mengalami penyakit infeksi.
Kenali anemia kehamilan
Sering kali gejala anemia yang umumnya disebut kurang darah terabaikan. Ibu hamil dan
keluarga harus mengenali dan waspada apabila timbul gejala atau keluhan seperti 4L (Letih,
Lesu, Lemah, dan Lunglai), pusing, sesak napas, detak jantung terasa cepat atau tak beraturan, serta sulit konsentrasi.
Anemia kehamilan dan stunting Anemia dalam kehamilan mengakibatkan kurangnya cadangan zat besi, oksigen dan nutrisi
terhadap janin sehingga bayi berisiko lahir prematur dan berat lahir rendah. Hasil penelitian menyatakan bahwa bayi lahir dengan berat badan rendah ataupun prematur lebih berisiko
untuk mengalami stunting di kemudian hari karena pertumbuhan dan perkembangan terhambat.
Stunting memiliki implikasi negatif jangka panjang terhadap generasi penerus bangsa karena
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, gangguan tingkat kecerdasan, dan penurunan
produktivitas. Oleh karena itu, slogan yang sering kali kita dengan yaitu “pencegahan lebih
baik daripada mengobati’ sesuai dengan pencegahan stunting yang dimulai sejak masa
kehamilan.
Siapkah Indonesia memutus siklus stunting antargenerasi?
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita benahi sebagai Upaya memutus rantai
stunting antar generasi sejak masa kehamilan. Layanan kesehatan harus dilakukan secara
komprehensif. Langkah-langkah penting pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil
antara lain sebagai berikut:
1. Diperlukan pelayanan kesehatan terintegrasi.
Layanan kesehatan ini melibatkan interkolaborasi professional tenaga kesehatan. Pada
layanan antenatal (ANC), bidan memantau kesehatan ibu hamil dengan identifikasi dini
anemia, pemeriksaan kadar darah (hemoglobin), dan pemberian suplementasi. Ahli
gizi memastikan diet seimbang dengan asupan gizi (makanan tinggi kalori, protein, dan
mikronutrien) yang tepat. Dokter memantau status kesehatan ibu dan memberikan pengobatan bila perlu.
2. Diperlukan kebijakan multisektor yang terkait.
Pendekatan holistik yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan, namun juga sektor lain seperti pemerintah daerah, pemberdayaan perempuan, dinas pendidikan sangat penting untuk. Mempermudah akses terhadap layanan kesehatan, memperbaiki keterjangkauan terhadap pangan bergizi, pencegahan pernikahan dini, dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
3. Peran serta aktif.individu, keluarga, dan masyarakat
Menuju era society 5.0, Ibu hamil dan keluarga diberdayakan untuk berpartisipasi aktif
dan bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri.
Peningkatan kesadaran tentang pentingnya nutrisi selama kehamilan melalui literasi kesehatan yang diberikan pada ibu hamil da keluarga baik dilakukan secara interpersonal di fasilitas kesehatan maupun disebarluaskan melalui sosial media. Keterlibatan Masyarakat dalam program-program pemberdayakan kesehatan dan gizi juga harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan melalui pelayanan posyandu
setempat.
Pendekatan multisektoral sangat penting sebagai upaya optimal mengatasi anemia kehamilan
dan mencegah ancaman stunting yang terus membayangi. Pelayanan kesehatan yang
terintegrasi, peningkatan akses kesehatan, dan partisipasi aktif mulai dari individu ibu hamil
hingga masyarakat dapat menciptakan kehamilan yang lebih sehat dan masa depan gemilang bagi generasi mendatang. Mari kita Bersatu, bahu membahu dalam komitmen mengeliminasi anemia dalam kehamilan untuk menjaga potensi kualitas terbaik penerus.
bangsa. Referensi:
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Buku saku hasil survey status gizi Indonesia (SSGI) 2022. Badan Kebijakan.Pembangunan Kesehatan: Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019). Laporan nasional Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: Jakarta. World Health Organization. (2012). Resolution WHA65.6. Comprehensive implementation plan on
maternal, infant and young child nutrition. World Health Organization: Geneva.”Ungkap, Dr. Dewi Nirmala Sari.