JURNALSEMBILAN.COM | JAKARTA –Madani International Film Festival (MIFF) resmi mengumumkan penyelenggaraan edisi kedelapannya melalui konferensi pers yang digelar pada Selasa, 7 Oktober 2025 di Gedung Kesenian Ismail Marzuki, Jakarta.
Festival tahun ini mengusung tema Mishkat: Cahaya di Atas Cahaya”, sebagai simbol harapan, kesadaran, dan kekuatan kebudayaan di tengah situasi dunia yang penuh ketidakpastian.
Acara konferensi pers dipandu oleh Putut Wijanarko sebagai pembawa acara, dengan menghadirkan dua narasumber utama: Muhammad Rifki dan INaiyah Wahid.
Keduanya membagikan pandangan reflektif tentang pentingnya ruang-ruang kebudayaan yang inklusif dan peran sinema dalam membangun dialog kemanusiaan lintas bangsa.
Film, Perlawanan, dan Cahaya dari Palestina hingga Asia Tenggara
Madani 2025 menampilkan deretan film yang menggugah kesadaran sosial dan spiritual. Salah satunya mengisahkan seorang remaja Palestina yang berhadapan dengan tentara Israel di Tepi Barat, menggambarkan sejarah luka, perlawanan, dan harapan tiga generasi keluarga Palestina.
Film-film bertema kemanusiaan ini menjadi representasi nyata dari semangat mishkat — cahaya kecil yang menembus kegelapan.
Selain menyoroti sinema Palestina, Madani juga menempatkan kawasan Sahel di Afrika sebagai Focus Region tahun ini. Wilayah tersebut menjadi simbol kesadaran dekolonisasi yang terus tumbuh, sekaligus mengingatkan pada jejak sejarah panjang peradaban Islam di Afrika Utara.
Kurator festival, Ramadhani, menjelaskan bahwa tema dan pilihan wilayah ini menjadi refleksi atas pentingnya peran kebudayaan dalam membangun pemahaman global.
Sahel adalah wilayah yang pernah menjadi pusat peradaban Islam. Di sana kita bisa melihat bagaimana luka sejarah bisa diolah menjadi kesadaran baru tentang kemanusiaan,” ujarnya.
Madani juga memperluas percakapan budaya melalui karya-karya dari Asia Tenggara, termasuk film dari Malaysia, Thailand, dan Brunei.
Dalam Special Performance Primadani, akan tampil Rizal Van Geyzel (komedian asal Malaysia) serta sutradara Habib Husein pembuat film Memori (2025) yang akan hadir dalam sesi Q&A usai pemutaran.
Sementara itu, world premiere film Thailand “Anjing IQ” akan menjadi salah satu tontonan utama — bahkan sebelum tayang resmi di negaranya pada tahun 2026 — menjadikan Madani panggung perdana film tersebut di dunia.
Kompetisi dan Retrospektif Garin Nugroho
Tahun ini, Madani menerima 1.711 film dari berbagai negara, dengan 1.470 film mendaftar pada kategori Movie Competition. Dari jumlah tersebut, 15 film dari 8 negara terpilih sebagai finalis, termasuk karya dari Singapura, Inggris, dan Australia.
Dewan juri internasional akan menentukan empat pemenang utama yang akan diumumkan pada malam penutupan festival.
Sebagai penghormatan bagi sinema Indonesia, Madani juga menghadirkan retrospektif karya sutradara Garin Nugroho, yang telah berkarya selama 44 tahun dan dikenal melalui film-film yang menyoroti dinamika kebangsaan, spiritualitas, dan kemanusiaan.
Gerakan Kebudayaan dan Ruang Dialog
Selain pemutaran film, Madani 2025 juga menyelenggarakan serial diskusi, forum kebudayaan, dan kolaborasi lintas komunitas.
Program tersebut menjadi ruang pertukaran gagasan dan refleksi sosial yang diharapkan dapat memperkuat kebijakan kebudayaan dan ekosistem perfilman di Jakarta.
Ramadhani menegaskan bahwa Madani bukan hanya festival film, tetapi juga gerakan kebudayaan.
Madani hadir sebagai ruang aman bagi semua kalangan untuk berdialog, menyembuhkan luka sosial, dan menyalakan cahaya kecil yang bisa memicu gelombang cahaya besar,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Madani diharapkan dapat menjadi laboratorium kebudayaan yang memunculkan gagasan baru dan menjadi ruang penyembuhan bagi masyarakat.
Kami ingin Madani menjadi tempat di mana kebudayaan mampu memulihkan, mempertemukan, dan menyalakan kembali kemanusiaan,” tambahnya.
Dukungan dan Harapan
Pelaksanaan Madani International Film Festival 2025 mendapat dukungan penuh dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), serta berbagai komunitas seni dan film independen.
Sinergi lintas lembaga ini memperlihatkan semangat bersama untuk memperkuat diplomasi budaya dan memperluas jejaring perfilman di ibu kota.
Madani International Film Festival 2025 bukan sekadar perayaan sinema, tetapi juga perayaan cahaya, keberagaman, dan kemanusiaan.
Melalui film, dialog, dan pertemuan lintas bangsa, Madani mengajak publik untuk melihat dunia — bukan dalam kegelapan, melainkan dalam terang yang lahir dari keberanian dan kebersamaan.
(red/JP)