Jakarta | Jurnalsembilan.com – Keluarga tiga anggota kepolisian yang gugur tertembak saat penggerebekan arena judi sabung ayam di Kabupaten Way Kanan, Lampung, menyuarakan keberatannya atas proses persidangan di Pengadilan Militer Palembang. Didampingi kuasa hukum dari Kantor Pengacara Hotman Paris, para keluarga korban menyampaikan pernyataan resmi di Starbucks Mall Kelapa Gading 3, Jakarta Utara, Jumat (4/7/25)
“Sidang sedang berjalan, tapi arah sidangnya justru menyakitkan bagi keluarga korban. Pertanyaan-pertanyaan majelis hakim lebih condong menggali apakah polisi bertindak sesuai SOP, bukan menggali motif penembakan yang menyebabkan tiga anggota polisi tewas,” ungkap kuasa hukum keluarga korban.
Ia menegaskan bahwa yang seharusnya menjadi fokus utama dalam persidangan adalah fakta penembakan yang menyebabkan hilangnya nyawa aparat penegak hukum, bukan malah mencari-cari kesalahan prosedur polisi yang juga sudah menjadi korban.
“Yang kami lihat seolah-olah yang digali adalah apakah polisi menerima setoran, apakah prosedur dilanggar. Padahal ini bukan pengadilan SOP. Ini adalah pengadilan untuk peristiwa penembakan yang menyebabkan kematian,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Hotman Paris Hutapea, yang turut mendampingi keluarga korban, memberikan pernyataan tegas mengenai jalannya proses hukum tersebut.
“Kalau memang benar ada anggota TNI yang menembak polisi dalam penggerebekan, maka yang harus digali adalah: kenapa bisa sampai menembak? Apakah ada motif? Apakah direncanakan? Jangan dialihkan ke isu lain seperti dugaan setoran atau pelanggaran SOP yang tak relevan dengan substansi perkara,” ungkap Hotman Paris.
Hotman menekankan bahwa pihak keluarga merasa dirugikan secara moral karena kesaksian-kesaksian yang dihadirkan di persidangan lebih banyak berasal dari pihak yang membela terdakwa, sementara keterangan saksi dari Polri justru diabaikan.
“Ini perkara pidana berat, penembakan yang menyebabkan hilangnya nyawa tiga aparat negara. Maka wajib hukumnya majelis hakim menggali unsur pidana itu: apakah ini pembunuhan biasa atau pembunuhan berencana,” ujarnya.
Kehadiran istri dan anak dari ketiga polisi yang gugur dalam konferensi tersebut menjadi simbol kuat seruan keadilan dari pihak keluarga. Mereka berharap bahwa jalannya persidangan bisa diawasi langsung oleh pimpinan tertinggi TNI dan institusi penegakan hukum lainnya.
“Kami mohon kepada Panglima TNI, kepada Kepala Staf TNI AD, dan kepada seluruh jajaran peradilan militer agar serius memantau proses hukum ini. Jangan biarkan pengadilan berubah menjadi panggung untuk menggiring opini dan melukai keadilan bagi korban,” ungkap perwakilan keluarga korban.
Pada akhir pernyataan, pihak keluarga dan kuasa hukum menyampaikan harapan besar agar pengadilan benar-benar fokus pada substansi perkara.
“Ini bukan soal setoran, ini bukan soal kesalahan prosedural. Ini adalah soal penembakan yang menyebabkan tiga polisi meninggal dunia. Maka tolonglah, keadilan ditegakkan. Jangan biarkan keluarga korban berjuang sendiri,” ujarnya.
(Red/JP)