JURNALSEMBILAN.COM, JAKARTA –
Kamis, 01 Mei 2025, Majelis Gerakan Akhir Zaman (GAZA) menggelar Dialog Internasional yang mngusung tema Bedah Mimpi (Mubasyirat) Umat di Akhir Zaman, yang belangsung di Auditorium Pondok Pesantren Luhur Al-Tsagafah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Tokoh utama tampil sebagai pembicara dalam Dialog ini adalah Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A., pakar sejarah Islam dan mantan Ketua Umum PBNU (2010–2021), dan KH. Wahfiudin Sakam, S.E., M.B.A., ekonom dan praktisi spiritual Islam.
Gelaran acara ini dihadiri oleh ratusan peserta yang terdiri dari tokoh agama, akademisi, diplomat negara sahabat, aktivis masyarakat sipil, hingga perwakilan lembaga internasional dari negara-negara Islam. Forum ini mengangkat kembali warisan nubuwah dalam bentuk mubasyirat—mimpi-mimpi benar yang sahih—sebagai petunjuk strategis di tengah krisis multidimensi dunia saat ini: krisis moral, sosial, politik, lingkungan, hingga spiritual.
Narasumber Nasional dan Tokoh Strategis
Dalam pemaparannya, Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj mengingatkan pentingnya membangun koneksi ruhani yang mendalam dengan Allah di tengah dunia yang semakin tersekularisasi.
“Tradisi mubasyirat bukan hal baru dalam Islam. Justru sejak zaman Nabi, mimpi benar menjadi salah satu sarana komunikasi ilahiyah. Dalam konteks hari ini, ketika suara langit nyaris tak terdengar di ruang publik, forum seperti ini menjadi sangat penting untuk menghidupkan kembali dimensi spiritual dalam pengambilan keputusan umat dan bangsa,” tegas beliau.
Lebih lanjut, beliau mengajak umat Islam untuk tidak memisahkan antara spiritualitas dan intelektualitas dalam membangun masa depan.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan rasio dan data teknokratik. Islam mengajarkan kita untuk juga mendengarkan suara batin, ilham, dan petunjuk Allah. Kombinasi antara akal, wahyu, dan ruhani adalah kunci kejayaan peradaban Islam sepanjang sejarah,” imbuhnya.
Ketua Majelis GAZA, Drs. R. Diki Candra Purnama, M.M., memaparkan hasil kompilasi lebih dari 1.700 mimpi benar dari berbagai penjuru dunia, yang telah dianalisis dan ditakwil berdasarkan Al-Qur’an, hadits, dan kaidah tafsir mimpi oleh para ulama. Mimpi-mimpi ini menunjukkan pola spiritual yang konsisten tentang dinamika akhir zaman.
Lima fase utama akhir zaman yang teridentifikasi dalam forum ini adalah:
1. Fase Peringatan Global (2001–2010) – bencana alam dan peristiwa besar dunia;
2. Fase Fitnah dan Kegelapan (2011–2020) – maraknya konflik, disinformasi, dan kekacauan spiritual;
3. Fase Cahaya Timur (2021–2025) – munculnya harapan spiritual dari wilayah Timur, khususnya Indonesia;
4. Fase Krisis Terbuka dan Pertarungan Akhir (2025–2028) – masa ujian puncak umat manusia;
5. Fase Kemenangan Ruhani (2029–2033) – era keemasan Islam berdasarkan cahaya dan petunjuk langit.
Salah satu kesimpulan penting forum ini adalah peran sentral Indonesia dalam peta akhir zaman. Berdasarkan mimpi-mimpi yang terkumpul, Indonesia digambarkan sebagai “Cahaya dari Timur” yang akan menjadi pusat kebangkitan ruhani global.
“Banyak mimpi menunjukkan bahwa Indonesia adalah benteng terakhir Islam, pusat hijrah ruhani, dan poros penyelamat peradaban akhir zaman,” terang Ketua Panitia, Ahmad Abdul Qohar.
Dialog ini bertujuan untuk Mengungkap Master Plan Ilahiyah berdasarkan kumpulan mimpi umat, Mengklarifikasi dan memperkaya penafsiran takwil mimpi secara terbuka dan ilmiah, Menyatukan visi lintas golongan dalam membangun masa depan berdasarkan petunjuk Allah.
“Forum ini bukan sekadar dialog akademik, tetapi juga sebuah gerakan ruhani kolektif untuk menyambut intervensi Allah dalam sejarah. Sebuah titik awal dari kesadaran baru umat manusia bahwa langit masih bicara, dan bahwa petunjuk itu nyata,” Ungkap Drs. R. Diki Candra Purnama, Pimpinan Majelis GAZA.
“Mimpi-mimpi itu bukan ilusi. Takwil-takwil itu bukan khayalan. Semua adalah pertanda bahwa Allah masih membimbing mereka yang mau mendengarkan,” ungkap Kang Dicky lagi.