Jurnalsembilan.com | Jakarta – BAZNAS Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, tampil menonjol dalam ajang Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dan BAZNAS Award 2025 yang berlangsung di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara. Kehadiran program-program inovatif yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat kecil menjadi sorotan utama dalam forum nasional tersebut.
Ketua BAZNAS Tulungagung, Abdul Wahid, S.IP., menegaskan komitmen lembaganya dalam menghadirkan solusi nyata bagi pengentasan kemiskinan. Salah satu program unggulan yang berhasil menyita perhatian adalah pemberian modal usaha tanpa bunga, tanpa jaminan, dan tanpa biaya administrasi bagi pelaku UMKM dan pedagang kecil di Tulungagung.
Program ini hadir sebagai jawaban atas maraknya jeratan rentenir di daerah. Hingga saat ini, BAZNAS Tulungagung telah menyalurkan lebih dari Rp1,2 miliar melalui skema pinjaman bergulir senilai Rp1–3 juta.
Alhamdulillah tingkat pengembalian mencapai 99 persen. Dana ini terus bergulir dan sangat membantu para pelaku usaha kecil. Mereka tidak lagi terbebani bunga atau potongan apapun, cukup syarat usaha jalan dan surat keterangan tidak mampu dari desa. Paling lama satu minggu sudah cair,” jelas Abdul Wahid.
Selain penguatan sektor ekonomi, BAZNAS Tulungagung juga meluncurkan program sosial Biaya Hidup Sebatang Kara, yang menyasar warga lanjut usia hidup seorang diri tanpa pasangan maupun anak. Setiap penerima memperoleh santunan Rp300 ribu per bulan seumur hidup. Saat ini tercatat sudah 250 penerima manfaat yang terbantu melalui program ini.
Mereka yang awalnya datang ke kantor BAZNAS dengan kesusahan, bahkan menangis, kini bisa tersenyum. Program ini membuat BAZNAS dianggap bak ‘manusia setengah dewa’ karena mampu memberi harapan hidup baru,” imbuhnya.
Tak hanya itu, BAZNAS Tulungagung juga telah menyalurkan lebih dari Rp3 miliar untuk berbagai program pendistribusian zakat, termasuk biaya pendidikan, bantuan pengobatan, serta dukungan bagi pedagang kaki lima di kawasan alun-alun kota. Uniknya, sebagian penerima manfaat kini justru sudah mulai memberikan kembali sedekah dan infak ke BAZNAS, menandakan adanya perputaran manfaat yang nyata.
Abdul Wahid menekankan pentingnya sinergi antara BAZNAS pusat, daerah, dan pemerintah kabupaten/kota dalam percepatan penanggulangan kemiskinan.
Masih banyak kepala daerah yang belum melirik BAZNAS. Padahal keberadaan BAZNAS bisa meringankan beban pemerintah daerah dalam pendidikan, kesehatan, pemberian modal, hingga bantuan hidup warga tidak mampu. Kami berharap ke depan, kepercayaan masyarakat terus dijaga agar Muzakki semakin yakin menyalurkan zakatnya melalui BAZNAS,” pungkasnya.
(red/tim)